Jumat, 22 Februari 2013

PTK PAI SMP


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama merupakan hal yang sangat urgen dalam kehidupan, baik itu anak-anak, remaja, dewasa ataupun orang tua. Jika seseorang tidak memahami ajaran agama dengan baik, maka tak heran jika perbuatan dan perilakunya sangat jauh dari dikatakan baik. Apabila seorang manusia tidak dibekali ilmu agama sejak dini maka di masa mendatang akan sulit untuk mempelajari mulai dari awal, namun itu tidak bisa digeneralisir tapi pada umumnya memang seperti itu. Apalagi remaja, kata ini tidak asing bagi setiap insan karena pada masa inilah pembentukan karakter dari setiap manusia ditentukan. Remaja identik dengan kondisi labil dan penuh gejolak baik yang baik maupun yang buruk, tinggal tergantung pemahaman merka masing-masing.[1]
Pada masa inilah berbagai tawaran dan tantangan dihadapkan bagi eorang remaja, apabila dalam pembentukan pemahaman mereka baik dan tertata untuk disiapkan menjadi anak yang boleh maka tidak akan terlalu khawatir namun jika arahan itu tidak ada dan kontrol yang kurang maka tidak menutup kemungkinan mereka akan mencoba berbagai hal yang menantang dan cenderung negatif. Karenanyalah pendidikan agama bagi remaja sangatlah penting utnutk meluruskan berbagai persepsinya yang salah dan memberikan modal keimanan untuk mengarungi hidupnya dimasa mendatang. Ironisnya sebagian pihak hanya menumpukan pendidikan agama di sekolah yang hanya ada 2 jam pelajaran dalam seminggu. Disisi lain keluarga kurang memperhatikan kemampuan mereka dalam memahami anaknya tentang kebutuhan tersebut maka ini menjadi masalah yang krusial bagi sekolah dalam memberikan bimbingan dan perhatian pada sisi agama.
            Didalam kelas rata-rata terdapat 40 siswa yang dibimbing oleh seorang guru agama, memang secara klasikal itu bisa tetapi akan sangat sulit dalam membentuk watak dan karakter mereka menjadi lebih berakhlakul karimah karena itu harus ada usaha ekstra keras dalam memperhatikan mereka dengan mengadakan pendampingan secara pribadi dan pendekatan secara persuasif. Karena itu dalam penelitian tindakan kelas ini akan di bahas mengenai ”Peningkatan pemahaman materi PAI dengan melakukan pendampingan diluar jam Efektif KBM”. Harapanya dari penelitian ini dapat mengungkapkan berbagi permasalahan remaja yang tidak kunjung selesai beserta pendekatannya yang dirasa efektif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka rumusan masalahnya adalah :
1.   Apakah pendidikan agama islam sangat signifikan dalam membentuk karakter jiwa anak didik di SMP Negeri I Sibolga?
2.   Apa dan bagaimana harapan mereka untuk perkembangan agama dalam perubahan paradigma berfikir dan perilaku sehari-hari ?
3.   Seberapa penting pengaruh dari pendampingan diluar jam KBM dalam meningkatkan pemahaman Agamanya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :
1.    Mengetahui apakah metode pendampingan dapat meningkatkan pemahaman Agama dari siswa di SMP Negeri I Sibolga.
2.    Mengetahui seberapa efektif perubahan yang didapat dari seorang siswa setelah mengikuti berbagai perlakuan dari pendekatan tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Dari berbagai penelitian dan pendekatan ini diharapkan menghasilkan manfaat positif dari semua pihak, adapun beberpa manfaat tersebut yaitu :
1.      Siswa
Dengan pendekatan ini diharapkan siswa bisa mengatasi berbagai masalahannya sekaligus mampu merubah berbagai sikap negatif menjadi positif khsususnya di bidang moral dan agamanya.
2.      Peneliti (guru)
Metode ini akan dapat mengungkap pentingnya pendekatan pada para siswanya agar memiliki kepribadian dan akhlakul karimah.
3.      Lembaga
Akan membantu kinerja sekolah secara riil dalam merubah tingkah laku dan kepribadian siswa secara positif sesuai dengan visi dan misi sekolah sendiri.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      

E. Hipotesis

Dari uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, penulis dapat mengambil kesimpulan sementara (hipotesis) bahwa dengan adanya pendekatan dan pendampingan diluar sekolah, siswa mampu merubah sikap dan kepribadiaannya seiring dengan pemahaman agama yang diberikan secara intensif.


BAB II
KAJIAN  PUSTAKA

  1. Pengertian PAI
Agama merupakan kebutuhan dasar setiap manusia karena merupakan naluri yang terdalam dari setiap insan.[2] Karenanyalah dalam kehidupan sehari-hari, khususnya seorang siswa seharusnya dibelakali pemahaman agama islam yang kokoh agar hidupnya terarah dengan baik. Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan hingga mengimani ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan.[3] Hal itu juga dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI, 3: 2002). PAI yang hakikatnya merupakan sebuah proses itu, dalam perkembangannya juga dimaksudkan sebagai tumpuan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah maupun di luar sekolah secara informal.
Jadi berbicara tentang PAI maka dapat dimaknai dalam dua pengertian : sebagai sebuah proses penanaman ajaran agama islam, amupun sebagai bahan kajian yang menjadi materi proses itu sendiri. Menurut Zakiyah Daradjat (1987: 87) Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.
Tayar Yusuf (1986: 35) mengartikan Pendidikan  Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertaqwa kepada Allah SWT, sedangkan menurut A. Tafsir Pendidikan Agama Islam Adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam. Adapun istilah pendidikan dalam islam pada umumnya mengacu pada istilah al-Tarbiyah, al-Ta’dib, dan al-Ta’lim. namun dari ketiga istilah tersebut yang lebih populer dan sering digunakan adalah kata al Tarbiyah. Dalam kontek yang lebih luas kata al Tarbiyah memiliki empat unsur pendekatan, yaitu (1) memelihara dan menjaga Fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh). (2) mengembangkan seluruh potensi memuju kesempurnaan. (3) mengarahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan. (4) melaksanakan pendidikan secara bertahap.[4]
Menurut As Syaibaniy mengemukakan tentang pendidikan islam sebagaai proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitar dan proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.[5] Sehingga dari har tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwasnnya pendidikan islam merupakan suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi ajaran islam.
  1. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan adalah orientasi yang dipilih pendidik dalam membimbing peserta didiknya dan pemilihan merupakan penilaian, karenanya manakal pendidik telah menentukan pilihannya, sesungguhnya ia telah mengutamakan sebagian nilai atas sebaian yang lain. Dengan demikain pada dasarnya tujuan pendidikan merupakan kristalisasi nilai-nilai. Menurut Muhammad Athiyah al Abrasyi tujuan pendidikan islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu : [6]
a.     Membentuk akhlak mulia
b.    Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
c.     Persiapan untuk mencari rizki dan memlihara segi kemanfaatannya
d.    Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
e.     Mempersiapkan tenaga professional yang terampil

Adapun dalam kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam di Islamabad pada tahun 1980, menyatakan bahwa :
Tujuan pendidikan islam adalah untuk menacpai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik pen.)secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan indera. Karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, fisik, ilmiah, dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia. [7]
Tujuan pendidikan merupakan masalah sentral dalam proses pendidikan. Hal ini disebabkan oleh fungsi-fungsi yang dipikulnya, yaitu antara lain :
Pertama, tujuan pendidikan mengarahkan perbuatan mendidik. Fungsi ini menunjukkan pentingnya perumusan dan pembatasan tujuan pendidikan secara jelas. Tanpa tujuan yang jelas, proses pendidikan akan berjalan tidak efektif dan tidak efisien.
Kedua, tujuan pendidikan mengakhiri usaha pendidikan. Apabila tujuannya telah tercapai, maka berakhir pula usaha tersebut. Usaha yang terhenti sebelum tujuannya tercepai, sesungguhnya belum dapat disebut berakhir, tetapi hanya mengalami kegagagalan yang antara lain disebabkan tidak jelasnya rumusan tujuan pendidikan.
Ketiga, tujuan pendidikan disatu sisi membatasi lingkup suatu usaha pendidikan, tetapi disisi lain mempengaruhi dinamikanya. Hal ini disebabkan pendidikan merupakan berproses yang didalamnya usaha-usaha pokok dan usaha-usaha parsial saling terkait.
Keempat, tujuan pendidikan memberi semangat dan dorongan untuk melaksanakan pendidikan. Hal ini berlaku juga pada setiap perbuatan. Sebagai contoh, seseorang diperintah untuk berjalan di jalan tertentu tanpa dijelaskan kepadanya mengapa ia harus menempuh jalan itu. Dengan perintah yang demikian, barang kali orang akan ragu-ragu dan berakibat ia akan berjalan lambat karena tidak mempunyai arah yang pasti.[8]
  1. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pada hakikatnya, pendidikan islam adalah suatu proses yang berlangsung secara continue dan berkesinambungan. Berdasasrkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memilki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya.
Secara umum tugas pendidikan islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal. Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitaas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjala dengan lancar.[9]
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu :
1.        Alat untuk memlihara, memperluas dan menghubungkan tngkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan social serta ide-ide masyarakat dan nasional.
2.        Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skil yang dimilki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktifdalam menemukan perimbangan perubahan social dan ekonomi yang demikian dinamis.
  1. Landasan Pendidikan Agama Islam Menurut Al Qur’an
Al-Qur’an merupakan Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan perantara Malaikat Jibril sebagai petunjuk bagi umat manusia di dunia ini.
Menetapkan Al Qur’an dan Hadits sebagai dasar pendidikan islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, Al qur’an tidak ada keraguan padanya. Ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya, baik dalam pembinaan aspek pendidikan maupun social budaya.
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ    
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.
Dalam ayat-ayat yang lain juga dijelaskan tentang apa itu Al qur’an:
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 šÏf ãPuqø%r& çŽÅe³u;ãƒur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷ètƒ ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZŽÎ6x. ÇÒÈ  
“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (Q.S. Al Isra’ ayat 9 )
Ayat-ayat semacam ini menegaskan bahwa tujuan al Qur’an adalah memberi petunjuk kepasdd umat manusia. Tujuan ini hanya akan tercapai dengan memperbaiki hati dan akal manusia dengan akidah-akidah yang benar dan akhlaq yang mulia serta mengarahkan tingkah laku mereka kepada perbuatan yang baik.
Petunjuk Al-Qur’an, sebgai mana dikemukakan Mahmud Saltut, dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yang disebutnay sebagai maksud-maksud al Qur’an, yaitu:
  1. Petunjuk tentang akidah dan kepercayaan yang harus dianut manusia dan tersimpul dalam keimanan akan ke Esaan Tuhan serta kepercayaan akan kepastian adanya hari akhir.
  2. Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan, baik individual maupun kelompok.
  3. Petunjuk mengenai syariat dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dqalam hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.
Dalam Al qur’an juga terdapat berbagai macam permasalahan yang menyangkut hidup manusia di dunia. Salah satunya dalam Al qur’an menjelaskan tentang pendidikan, yang mana pendidikan merupakan perkara atau hal yang harus ditempuh/dikerjakan oleh setiap manusia, dan ini merupakan salah satu cara untuk memberikan petunjuk bagi manusia dengan belajar/mempelajari tentang semua yang ada di dunia ini.
  1. Landasan Pendidikan Agama Islam Menurut Hadits
Demikain pula dengan kebenaran hadits sebagai dasar kedua bagi pendidikan islam, secara umum hadits difahami sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah :
لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة
Artinya: “Sunguh terdapat contoh teladan pada diri Rasulullah
Secara lebih luas, dasar pendidikan islam menurut Sa’id Ismail Ali sebagaiman dikutip langsung terdiri atas 6 macam, yaitu; Al Qur’an, Sunnah, Qaul al Shahabat, Masalih al Mursalah, Urf, dan pemikiran hasil Ijtihad inteletual muslim.[10]
  1. Landasan Pendidikan Agama Islam Menurut Undang-Undang Pendidikan
UU Nomor 22 tahun 1999 PP Nomor 25 tahun 2000 dan UU Nomor 20 tahun 2003, Dalam pasal 3 Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
  1. Pengertian Pendampingan
Merupakan usaha sadar untuk mengajak dan mengarahkan pada suatu kondisi yang stabil karena masa remaja terdapat kondisi entropy dimana kesadaran masih harus disusun lebih baik lagi baik pengetahuan. Perasaan dan sikap. Karenanya itu seorang siswa harus senantiasa dipantau dan perlu perhatikan khusus agar tetap terarah segala tingkah polah kehidupan sehari-hari, apabila lalai sedikit maka tidak heran jika terkadang mereka mencoba sesuatu yang dianggapnya baru walaupun itu perbuatan yang nista dan tercela.
Tak jarang ketika dalam kehidupan keluarganya mengalamai friksi atau konflik mereka menjadi terganggu dalam konsentrasi belajar disekolah. Apabila mereka tidak memiliki bekal agama yang cukup maka sekalo lagi mereka akan mencari tempat penenangan yang terkadang tidak sesuai dengan norma yang ada, maka disinilah pentingnya suatu pendampingan dan perhatian khusus untuk membantu menyelesaikan segala permasalahan dan konfilk yang mereka hadapi.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri I Sibolga yang merupakan Sekolah Menengah Pertama yang berada dibawah naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan semenjak tahun 1984. SMP Negeri I Sibolga merupakan salah satu sekolah yang didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai, di mana SMP Negeri I Sibolga memiliki 41 guru tetap, 2 Guru BP, dan 2 pegawai TU. Dari 41 guru di atas semuanya lulusan S-1 dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Sumatra Utara dan sekitarnya. Selain itu untuk mengembangkan SDM yang berkualitas, SMP Negeri I Sibolga menyediakan berbagai fasilitas pendukung akademik diantaranya adalah ruang belajar, ruang praktikum, ruang komputer, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang TU, ruang UKS, koperasi, Perpustakaan, dan ruang BP. Dalam kegiatan Belajar Mengajar SMP Negeri I Sibolga semua siswanya dari kelas satu sampai kelas tiga masuk pagi.
Dalam Penelitian tindakan kelas ini peneliti akan memfokuskan pada siswa kelas VII A dan VII B SMP Negeri I Sibolga. Adapun Penelitian Tindakan Kelas ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, analisis dan refleksi yang akan menjadi dasar pijakan untuk langkah berikutnya. Sesuai dengan tujuan penelitian, rancangan yang akan digunakan adalah Rancangan Penelitian Tindakan. Rancangan penelitian ini cocok untuk mengembangkan produk sesuai dengan kondisi subyek maupun pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan suatu program. Diharapkan dari penelitian ini dapat menghasilkan output yang benar-benar dapat mengatasi segala masalahnya dengan tepat dan mempunyai pemahaman untuk melaksanakan ajaran Agama secara proporsional.
B. Rencana Tindakan
Dalam kegiatan belajar mengajar PAI di SMP Negeri I Sibolga ini untuk lebih memudahkan dalam penyampaian materi dan pencapaian yang maksimal maka tentunya ada metode khsusus yang di gunakan. Melihat realitas di kelas dengan jumlah 40 siswa sedang rata-rata umur antara 13-15 th, maka peneliti menggunakan metode ceramah dan resitasi (penugasan) ini untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sedangkan dilihat dari proses selama belajar mengajar pada waktu peneliti masuk kelas ada signifikansi terhadap pembelajaran yang peneliti lakukan. Hal ini peneliti mempunyai keyakinan bahwa dalam mengoptimalisasi pembelajaran PAI di SMP Negeri I Sibolga ini lebih tepat dengan menggunakan metode ceramah dan resitasi (penugasan).
Melihat realita dan kondisi kelas selama proses belajar mengajar maka perlu sekali untuk dilakukan penerapan metode yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar dan untuk bisa mendapatkan hasil yang optimal dalam pembelajaran pendidikan agama islam. Dalam penerapan metode ceramah dan resitasi ini sebenarnya kurang bisa mengenai dengan kemauan siswa, karenanya siswa sebagai obyek dalam belajar seharusnya lebih aktif dan kreatif dalam kelas. Penggunaan metode ceramah ini dimaksud karena dari beberapa metode yang peneliti gunakan ternyata lebih mendapat tanggapan yang hangat dari pada metode-metode yang lain, selain itu juga meode ini bisa membangkitkan motovasi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar, karenanya penggunaan metode inidipakai peneliti dalam kegiatan belajar mengajar
Setelah beberapa kali peneliti menerapkan metode ceramah dan resitasi ini peneliti melihat adanya peningkatan dalam prestasi belajar, sementara awal sebelum penggunaan metode ceramah kurang bisa diterima siswa dalam belajar. Apalagi materi pendidikan agama islam dalam sekolah sangat minim sekali waktu yang disediakan, belum lagi materi yang harus disampaikan kepada siswa yang sangat banyak karenanya materi harus menyesuaikan waktu yang ada dan kondisi kelas. Karenayalah ada kegiatan pendampingan atau tambahan pelajran materi agama islam di luar jam pelajaran atau yang biasa disebut dengan halaqoh atau training. Peneliti melakukannya 2 kali dalam setiap minggunya sehingga benar-benar diharapkan mampu membimbing mereka secara intensif. Dari setiap pertemuan dibahas materi yang cukup menarik dan menyenangkan, tentunya dengan menggunakan media dan teknologi, sehingga dengan tanpa paksaan mereka akan hadir pada pertemuan berikutnya.
 Pertemuan I (Senin, 3 Desember 2012)
1.      Tahap Awal
§ Salam Pembuka
§ Perkenalan dengan siswa dengan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan kedatangan peneliti pada sekolah
§ Absensi
2.      Tahap Inti
§ Peneliti mengadakan appersepsi terhadap murid.
§ Peneliti menerangkan materi materi tentang ikhlas, pengertian, kedudukan, serta ciri-ciri orang yang ikhlas
§ Peneliti memberikan instruksi tentang penugasan yang akan dilakukan dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
3.      Tahap Akhir
§ Peneliti menyuruh menyimpulkan penjelasan dari peneliti secara tertulis.
§ Memberikan motivasi agar senantiasa beramal dengan ikhlas dan sabar.
§ Peneliti membenarkan kesimpulan dan menambah kesimpulan yang telah disebutkan
§ Berdoa dan salam penutup
Pertemuan II (Kamis, 6 Desember 2012)
1.Tahap Awal
§ Salam Pembuka
§ Memberikan review pelajaran terdahulu
§ Mengecek tugas/hafalan yang telah diberikan sebelumnya
2.Tahap Inti
§ Peneliti mengadakan appersepsi terhadap murid.
§ Peneliti menerangkan materi materi tentang beriman pada Allah dan bagai mana membuktikan kebenaran adanya Allah
§ Peneliti memberikan instruksi tentang penugasan yang akan dilakukan dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya
3.Tahap Akhir
§ Peneliti menyuruh menyimpulkan penjelasan dari peneliti secara tertulis.
§ Peneliti memberikan motivasi agar senantiasa memikirkan segala bentuk penciptaan dimukabumi ini agar lebih menambha keimanan kepadaNya.
Peneliti membenarkan kesimpulan dan menambah kesimpulan yang telah disebutkan
§ Berdoa dan salam penutup
Pertemuan III (Selasa, 11 Desember 2012)
1.      Tahap Awal
Ø   Salam pembuka
Ø   Mengulas kembali dan mencoba menanyakan materi yang terdahulu.
2.      Tahap Inti
Ø   Peneliti menjelaskan materi tentang pengertian dan fungsi Iman kepada Allah SWT. Sekaligus kedudukan manusia dalam kehidupan dunia ini.
Ø   Menyimpulkan materi yang telah disampaikan.
3.        Tahap Akhir
Ø   Peneliti memberikan tugas mencari dalil naqli tentang fungsi Iman kepada Allah SWT
Ø   Do’a bersama dan salam penutup
Pertemuan IV (Sabtu, 15 Desember 2012)
1.      Tahap Awal
Ø   Salam pembuka
Ø   Review dan feedback dari materi yang lalu
2.        Tahap inti
Ø   Peneliti menjelaskan materi tentang sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz bagi Allah SWT
Ø   Peneliti memberikan tugas kepada siswa untuk menyebutkan macam-macam ciptaan Allah SWT
Ø   Menyimpulkan semua informasi yang telah diterima.
3.      Tahap akhir
Ø   Peneliti memberikan motivasi kepada Peserta Didik agar tetap berusaha untuk terus berlatih bagaimana supaya mereka mampu menguasai materi pendidikan Agama Islam.
Ø   Peneliti melakukan pamitan untuk perpisahan
Ø   Do’a bersama dan salam penutup.
C. Rencana Perekaman Data
Pada setiap harinya dilakukan presensi kelompok, dari presensi tersebut didapat beberapa orang yang benar-benar menguasai materi yang telah diberikan secara komprehensif atau tidak. Jika materi itu sudah mampu diserap oleh peserta didik dengan baik maka materi bisa dilanjutkan dengan menginjak materi berikutnya, namun jika ada beberapa tau banyak dari materi tersebut masih belum dipahami secara riil maka peneliti akan berusaha mengulainya dengan bahas ayang lebih sederhana.
Untuk menguatkan materi atau melihat respon mereka maka diberikan waktu untuk mengajukan pertanyaan dari beberapa hal yangtelah disampaikan sebelumnya sehingga akan sangat jelas sekali siapa yang mampu menyerap dengan baik dan yang maih agak sulit menerimanya. Jika ada yang sangat sulit dalam menerimanya maka dilakukan pendekatan lebih khusus lagi dengan menanyakan secara persuasif hal-hal yang dianggap sulit untuk diterima dan faktor-faktor apa yang membuatnya seperti itu.
D. Data dan Cara Pengumpulannya
Dalam hal ini pengumpulan data ini, penulis terjun langsung pada obyek penelitian untuk mendapatkan data yang valid, maka penulis menggunakan metode :
a.    Metode Interview
Metode interviev yaitu merupakan suatu proses tanya jawab lesan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain mendengarkan dengan telingannya sendiri, suara merupakan alat kesimpulan informai yang langsung tentang beberapa jenis data sosial, baik yang terpendam (tercatat ) atau interest.[11] Jadi setelah melakukan pembahasana materi PAI di luar jam pelajaran ditanya tentang apa yang telah menjadi masukan dalam dirinya.
b. Metode Observasi
Yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode penyelidikan yang dilakukandengan jalan pengindraan pada obyek yang sengaja dan mengadakan pencatatan.[12]
Metode ini sangat tepat untuk mengetahui obyek secara langsung tentang suatu peristiwa, kejadian maupun masalah yang sedang terjadi di lapangan penelitian. Dalam hal ini metode observasi digunakan untuk memperoleh data lengkap mengenai kondisi umum, lingkungan sekolah, kegiatan proses belajar mengajar, keadaan dan fasilitas belajar, kurikulum pembelajaran, metode pengajaran maupun kondisi belajar siswa.
Tidak jarang jika seorang anak didik diluar jam pelajaran diajak untuk berkomunikasi tentang berbagai permasalahan yang menimpa dirinya atau keluarganya sehingga disitu akan terjadi keterbukaan dan akan dengan mudah diselesaikan dengan solusi agama yang dipahaminya.




BAB IV
HASIL PENELITIAN

Hasil Penelitian
Setelah peneliti melakukan pendekatan dan pendampingan secara intensif tentang pendidikan Agama Islam ternyata didapat berbagai perubahan sikap dan tingkah laku secara positif sehingga bisa dikatakan berhasil. Dari segi kognitif mereka lebih mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang agama dan mau komitmen dalam berubah untuk menjadi lebih baik. Disinilah titik awal dalam perubahan sikap dan sifat anak-anak menjadi dewasa lahir dan batin. Namun perubahan itu akan segere pupuis tatkala tidak ada pendampingan secara intensif karenanya kegiatan pendampingan ini dilakukan sepanjang waktu dan lebih mengajak mereka untuk memahami islam secara utuh.
Memang dalam perubahan siswa tidak sangat cepat namun semua itu tergantung dari pribadi siswa sekaligus motivasi yang ditanamkan sehingga antar satu siswa dengan siswa yang lain mempunyai perubahan yang beragam. Namun sekali lagi perubahan tersebut bisa dikatakan signifikan minimal dari segi pemahamannya dan berikutnya akan membentuk karakter dari setiap pribadi para siswa.
Namun tidak semua bisa ikut dalam kegiatan diluar sekolah sehingga hanya orang-orang atau siswa yang mau saja dan mempunyai tekad yang positif dalam merubah dirinya. Dari sisnilah sudah dapat diketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang haus dengan pemahaman agama tau bahkan yang ingin menggali agama lebih dalam sehingga termasuk orang-orang yang serius dalam belajar. Maka tidak heran jika perubahan mereka sangat signifikan dan tidak membutuhkan terlalu banyak arahan, namun itu tidak bisa di generalisir hanya saja semua itu tergantung dari kecakapan dari seorang pendidik dalam negarahkan anak didiknya dan yang paling penting adalah kesunguhan dalam berubah dari diri anak didik itu sendiri. Siswa rela menunda kepulangannya untuk mengikuti kegiatan tambahan materi PAI atau biasa disebut kajian keislaman atau bisa disebut pula dengan halaqoh patut mendapat acungan jempol.


BAB VI
PENUTUP

Dari paparan data diatas dapat diketahui bahwa, efektifitas penerapan pendampingan dalam memberikan materi PAI diluar jam efektif KBM dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan pemahamannya dalam pendidikan agama islam, dan  selanjutnya dapat diambil kesimpulan, diantaranya :
1.       Siswa mendapatkan akselerasi pemahaman yang drastis karena dilakukan diluar jam efektif dan dengan jumlah peserta yang ideal saja.
2.      Respon atau minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama islam dapat dirangsang dengan metode yang efektif dan efesien, yakni pendekatan secara persuasif dan penuh perhatian khusus agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Selaku penulis sekaligus pengamat, dalam hal ini ada beberapa saran yang sifatnya konstruktif yang bisa kami berikan demi kemajuan dan perkembangan pembelajaran pendidikan agama islam. Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah:
  1. Dalam memberikan pendampingan seharusnya dilakukan secara persuasif dan di kemas dengan format yang semenarik mungkin agar mereka merasa senang sehingga datang dengan sukarela.
  2. Agar sekolah mengembangkan metode dan cara tersebut agar siswa mempunyai kompetensi yang cukup dalam memahami PAI secara komprehensif agar tidak bersifat kognitif semata. Sehingga dukungan moril dan materiil dari pihak sekolah sangat dibutuhkan dalam perkembangan  mental dan akhlah peserta didiknya.


















DAFTAR PUSTAKA

Agus Sujanto., Psikologi Perkembangan. Aksara Baru. Jakarta. 1980.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur penelitian, Renika Cipta.Jakarta, 1998.
Arikunto, Suahrsimi.. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Rineka Cipta. Jakarta. 1985.
Athiyah Mohammad al Abrasyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan Bintang, 1984.
An Nahlawi Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung, CV Diponegoro 1992.
BDM Al Hikmah. Mutiara Islam yang Hilang. IKIP Malang. 2002
Hadi, Sutrisno. Metedologi research 1, YPFP Universitas Gajah Mada, Yogyakarta : cet XXIV.1993.
Hadi, Sutrisno. Metodelogi Research II.Andi offset.cet xx,yogyakarta,1989.
Nizar, H. Samsul Dr. M. A, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta, Ciputat Pers, 2002.
Noer Aly, Hery Drs., MA, Ilmu Pendidikan Islam, LOGOS Wacana ilmu, Jakarta, 1999
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum dan SLB, Departemen Agama RI, 2003.



[1] Agus Sujanto., Psikologi Perkembangan. Aksara Baru. Jakarta. 1980. Hal: 56
                                      
[2] Mutiara Ilham Yang Hilang, BDM Al Hikmah, 2004. Hal.3                  
           [3]Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum dan SLB, Departemen Agama RI, 2003. Hal.87
[4] Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung, CV Diponegoro 1992. Hal. 32
[5] Dr. H. Samsul Nizar, M. A, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta, Ciputat Pers, 2002. Hal 31
[6] Mohammad Athiyah al Abrasyi, Dasar-dasar pokok Pendidikan Islam, Jakarta, Bulan BIntang, 1984. Hal. 4
[7] Ibid. hal 38.
[8]  Drs. Hery Noer Aly, MA, Ilmu Pendidikan Islam, LOGOS Wacana ilmu, Jakarta, 1999, hal 53.
[9] Ibid, hal 32
[10] ibid, hlm 35.
[11] Sutrisno Hadi. MetodelogiResearch II.Andi offset.cet xx,yogyakarta,1989. hal.225
[12] Agus Sujanto. 1980, Psikologi Perkembangan. Aksara Baru. Jakarta. hal. 125

2 komentar: