PENDEKATAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR AQIDAH
AKHLAK SlSWA KELAS VII SEMESTER I MADRASAH
NEGERI
SIBOLGA TAHUN PELAJARAN 2012-2013
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi
Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Muhammadiyah Sibolga
(STIT MUSI)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
Nama : Wulan Sari Tarihoran
Semester : VII ( Tujuh )
NIM :
Dosen
Pembimbing : Drs. Zulbahri Lubis, M.A
Mata
Kuliah : Metodologi Pendidikan Agama Islam
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH SIBOLGA
(STIT MUSI)
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan nikmat kesempatan sehingga
tim penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Penelitian Tindakan
Kelas ini dengan baik walaupun penulis
mengalami kesulitan dalam penyajiannya dikarenakan keterbatasan didalam
mengutip referensi dan keterbatasan pengetahuan penulis dalam hal ini.
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan
atas baginda kita Nabi Muhammad saw yang mana beliau yang telah membawa umat
manusia dari alam kebodohan menuju alam yang disinari dengan cahaya ilmu
pengetahuan dan ahklak yang mulia.
Penyusunan PTK ini merupakan tugas untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi PAI . Adapun judul PTK ini adalah “PENDEKATAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS AKTIVITAS UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK SlSWA KELAS VII SEMESTER I MADRASAH TSANAWIYAH SIBOLGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013.
. Didalam penyusunan makalah ini
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sehingga memudahkan bagi
pembaca dan pendengar didalam menganalisa isi dari makalah ini.
Didalam penyusunan makalah yang sederhana ini
tentunya masih banyak kesalahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun
dari segi penyajiannya, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para mahasiswa atau dosen pembimbing
yang bersangkutan demi perbaikan penyusunan makalah yang akan datang.
Akhirnya hanya kepada Allah kami berserah diri dalam segala urusan
kami, segala kebenaran pasti datangnya dari Allah dan segala kesalahan
datangnya dari kami.
Sibolga,
Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................
A.
Latar Belakang....................................................................................................
B.
Rumusan Masalah...............................................................................................
C.
Tujuan
Penelitian................................................................................................
D.
Manfaat
Penelitian..............................................................................................
E.
Hipotesis.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................
A.
Motivasi Belajar Aqidah Akhlak........................................................................
B.
Akidah Akhlak...................................................................................................
C.
Pendekatan Berbasis Aktifitas............................................................................
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.....................................................................
A.
Setting
Penelitian................................................................................................
B.
Prosedur Penelitian.............................................................................................
C.
Metode Pengumpulan Data................................................................................
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................
A.
Kesimpulan.........................................................................................................
B.
Saran...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fakta dilapangan menunjukkan
bahwa banyak siswa kelas VII MTs Negeri Sibolga bersikap
pasif ketika berlangsung pembelajaran
dikelas. Selama pembelajaran berlangsung siswa menjadi pendengar yang baik.
Ketika guru mejelaskan materi pelajaran kebanyakan mereka diam. Demikianpun
ketika guru memberikan pertanyaan, sebagian besar siswa diam tanpa komentar.
Apalagi ketika guru meminta agar siswa bertanya, merekapun diam. Fakta ini
dilatar belakangi karena siswa kurang diberikan strategi pembelajaran yang memadai.
Oleh sebab itu dalam proses pembelajaran di sekolah dibutuhkan kreativitas dan
keaktifan seorang pengajar dalam membuat strategi belajar mengajar semenarik
mungkin sehingga menimbulkan motivasi belajar siswa khususnya materi aqidah
akhlak.
Sehagaimana dijelaskan diatas
bahwa proses belajar yang menarik dan aktif adalah keinginan setiap praktisi
pendidikan. Seorang guru dalam sebuah proses belajar mengajar dituntut untuk
menggunakan berbagai metode yang menarik untuk menciptakan proses belajar yang
kondusif. Salah satu metode yang menarik dalam proses belajar mengajar adalah
metode pendekatan aktivitas, dimana dalam prosesnya lebih mengedepankan atau
berpusat pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar (Student Center). Dengan
pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa (Student Activity)
diharapkan mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya juga diikuti
dengan hasil atau prestasi belajar sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fenomena di atas menunjukkan
bahwa proses pembelajaran dengan menekankan pada aktivitas siswa perlu
dilaksanakan secara terus menerus. Hal ini dapat dilakukan apabila pola
interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Namun hal lain yang juga
sangat penting dalam melaksanakan kegiatan tersebut demi meningkatkan motivasi
belajar dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah kemampuan guru
dalam merencanakan suatu proses kegitan belajar mengajar sehingga tercapai
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan
uraian diatas, peneliti termotivasi untuk melakukan sebuah penelitian tindakan
kelas dengan berfokus pada peningkatan motivasi belajar siswa dalam bidang
aqidah akhlak melalui kegiatan pembelajaran berbasis aktivitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang
tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penetiti dapat merumuskan beberapa
focus penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pendekatan berbasis
aktivitas dapat menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokok bahasan
sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri Sibolga
kelas VII pada semester II tahun
pelajaran 2012/2013 ?
2. Bagaimana dampak kegiatan
belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada mata
pelajaran aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri Sibolga kelas VII- A pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah
tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan :
1. Tingkat Pendekatan berbasis
aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar aqidah akhlak pokak bahasan
sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri Sibolga
kelas VII- A pada semester II
tahun pelajaran 2012/2013.
2. Tingkat
dampak kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan pendekatan berbasis
aktivitas dalam pembelajaran bidang aqidah akhlak pokok bahasan sifat-sifat
Allah pada siswa MTs Negeri Sibolga kelas VII- A pada semester II tahun
pelajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ini nantinya
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah keilmuan :
1) Secara teoritis, penelitian
tindakan kelas ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan mengenai
strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas pada
mata pelajaran aqidah akhlak khususnya pada pokok
bahasan sifat-sifat Allah pada siswa MTs Negeri Sibolga kelas VII- A pada semester II tahun pelajaran 2012/2013
2) Secara praktis, penelitian
tindakan kelas ini bisa bermanfaat bagi :
a. Guru Madrasah Tsanawiyah
Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan bidang aqidah
akhlak pada siswa kelas V1I semester II Madrasah Tsanawiyah Negeri Sibolga
melalui implementasi strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
berbasis aktivitas, dan pada MTs umumnya.
b. Siswa
Madrasah Tsanawiyah
Untuk
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
berbasis aktivitas khususnya materi Aqidah Akhlak
c. Lembaga
Madrasah Tsanawiyah
Sebagai satu
masukan atau solusi untuk mengetahui hambatan dan kelemahan penyelenggaraan
pembelajaran serta sebagai upaya untuk memperbaiki dan mengatasi
masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan akan diperoleh hasil
prestasi yang optimal demi kemajuan lembaga sekolah.
D.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan
pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul "Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Aktivitas Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Aqidah
Akhlak Pokok Bahasan Sifat-Sifat Allah Siswa Kelas VII Semester I Madrasah
Tsanawiyah Negeri Sibolga" yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut : Jika strategi pembelajaran yang selama ini
digunakan oleh guru Madrasah Tsanawiyah dalam kegiatan belajar mengajar siswa
kelas VII semester I MTs Negeri Sibolga, diganti dengan strategi pembelajaran
berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan berpengaruh terhadap peningkatan
motivasi belajar dan diikuti dengan prestasi belajar aqidah akhlak pokok
bahasan sifat-sifat Allah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
E. Motivasi
Belajar Aqidah akhlak
1.
Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari
kata latin "movere" yang artinya bergerak (Stresser, 144t). Adapun
pengertian mengenai motivasi menurut para ahli, antara lain : menurut Teaven
dan Smith (146) konstruksi yang mengaktifkcan dan mengarahkan prilaku dengan
memberi dorongan atau daya pada organisme untuk melakukan suatu aktivitas.
Menurut Chauhan (14?8) motivasi adalah suatu proses yang menimbulkan aktivitas
pada organisme sehingga terjadi suatu prilaku. Wordworth (Petri, 1481; Franken,
1982) r-nengggunakan istiiah Drive rtau mativasi adalah
suatu kanstruksi dengan tiga karakteristik yaitu intensitas, arah dan
persisten. Artinya motfvasi dengan intensitas yang e,ukup akan memberikan arah
kepada individu untuk melakukan sesuatu secara tekun dan secara terus menerus
(Djalali, 2001). Menurutnya motivasi digelongkan menjadi tiga hagian, pertama,
Orgcrraik needs (kebutuhan vital, seperti : makan, minum, dan lainlain).
Kedua, Emergency motives, ditirnbulkan karena suatu kebutuhan yang harus
terpenuhi dan tergantung pula pada keadaan lingkungan. Ketiga,
Objectives motives dan interest (L3akir, 1993).Menurut Eysenk dan kazvankatuan
motivasi dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan suatu tingkatan
kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia,
merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep seperti minat,
bakat, konsep diri, sikap dan sebagainya. Menurut Maslow (1943, 1970) motivasi
suatu proses tingkah laku manusia yang dibangkitkan dan diarahkan oleh
kebutuhan tertentu seperti harga diri diantaranya (Slameto, 2003). David
McClelland, Abraham Maslow, Wan dan Brown seperti dikutip oleh Wahjosumidjo
(1983), bahwa motivasi adalah suatu proses psikologis yang mencerminkan
interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan kepuasan yang terjadi pada diri
seseorang (Kosasih, 2004). Sedangkan menurut McDonald motivasi ialah suatu
perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya
afek-tif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dilihat dari komponennya motivasi
memiliki dua komponen, yaitu : komponen dalam (Inner Component) dan
komponen luar(Outer Component). Komponen dalam ialah perubahan di
dalam diri seseorang, keadaan tidak puas, ketegangan atau kecemasan
psikologis (Anxiety Of Psychology). Komponen luar adalah apa
yag di inginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah perbuatannya (Hamalik,
2002).
Serdasarkan beberapa pendapat
dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa motivasi belajar aqidah akhlak
adalah suatu kekuatan (Power), tenaga(Forces), serta daya (Energy), atau
suatu keadaan yang sangat kompleks (A Complex State) dan
kesiapsedian (Preparatory Set), dalam diri ir.dividu untuk
bergerak (To A-love, Alotion, Motive) kearah tujuan tertentu,
baik disadari atau tidak disadari dan dalam hal ini mengenai semua aspek dalam
bidang aqidah akhlak. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh dari dalam diri
individu(Instrinsik) dan dari luar diri individu (Ekstrin,sik)
2.
Jenis - Jenis Motivasi
Salah satu fungsi pengajaran
adalah memberikan motivasi kepada siswa agar mereka bisa melaksanakan tugas -
tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif. Adapun mengenai
motivasi terbagai menjadi dua macam, yaitu : motivasi instrinsik dan motivasi
ekstrinsik.
a. Motivasi Instrinsik (Instrinsic
Motivation)
Motivasi
Instrinsik adalah motif - motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak
perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Dengan kata lain motivasi intrinsik adalah motivasi atau
dorongan yang timbul dari dalam diri siswa sendiri, misalnya keinginan untuk
mendapatkan keterampilan tertentu, keinginan untuk beramal, keinginan untuk
menguasai nilai - nilai yang terkandung dalam pelajaran yang diajarkan, bukan
karena keinginan lain seperti mendapat pujian, hadiah, nilai yang tinggi, dan
lain sebagainya.
b. Motivasi Ekstrinsik (Ekstrinsic
Motivation)
Motivasi ekstrinsik merupakan
kebalikan dari motivsi instrinsik. Motivsi ekstrinsik adalah dorongan yang
aktif yang muncul karena adanya faktor perangsang dari luar, misalnya diakui,
dipuji, diberi hadiah, dicela, dan sebagainya semuanya berpengaruh terhadap
sikap dan prilaku siswa dalam proses belajar mengajar.
Bila seseorang telah memiliki
motivasi instrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu
kegiatan yang tidak memerlukan motivsi dari luar dirinya. Dalam ak-tivitas
belajar, motivasi instrinsik sangat dibutuhkan. Seseorang yang tidak memiliki motivasi
instrinsik sulit sekali melakukan ak-tivits belajar secara terus menerus. Perlu
ditegaskan, bahwa anak didik yang memiliki motivasi instrinsik cenderung akan
menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, memiliki keahlian tertentu dan
gemar belajar.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti
motivsi yang tidak diperlukan dan tidak
baik dalam pendidikan. Motivsi ekstrinsik diperlukan agar anak didik mau
belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar anak didik termotivasi untuk
belajar. Guru yang berhasil adalah guru yang bisa membangkitkan minat siswa.
Karena itu, guru harus bisa dan pandai menggunakan motivasi ekstrinsik ini
dengan akurat dan benar dalam menunjang proses interaksi edukatif di kelas
(Djamarah, 2002).
3. Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang
dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
Prinsip
kompetisi adalah persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi.
Kompetisi inter pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi
masing-masing dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu.
Sedangkan kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu
dengan yang lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi
untuk bertindak secara lebih baik. Salah satu bentuk misainya perlombaan karya
tulis, lomba menjadi sisura teladan, lomba keterampilan dan lain sebagainya.
Kompetisi juga dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan
berbagai upaya unjuk kerja belajar yang baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai
tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa
informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini motif
teratur untuk mendorong agar selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja
melalui konsultasi pribadi, nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah
keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang
dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran
itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diherikan sebuah reward yang memadai
cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa
yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu. Hal yang harus diterapkan secara proporsional dan benar-benar
dapat memberikan motivasi.
d. Prinsip Kejelasan Dan
Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu
tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan
dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya
secara jelas.
Hal itu dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain
adalah dengan membuat tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan
yang khusus dan lebih dekat.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian
diatas, teiah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan
dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk
melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada diri seseorang
akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja agar terus
menjadi lebih baik lagi. Pengetahuan tentang balikan,
memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan hal
tersebut, para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap
unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan
tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan
balik (Feedback) seperti ini akan sangat bermanfaat untuk
mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan
dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu dipupuk untuk memiliki
rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
f. Pengernbangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai
rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya
adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan
memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini
motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat
siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh
kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi
belajar secara efektif dan produktif.
g.
Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan
kerja yang kondusif, baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat
menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk
itu dapat diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan
ruangan, tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis
seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi,
bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung atau
tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya positif
maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan
dengan itu, maka sangat diharapkan agar prilaku guru dapat menjadi sumber
keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat diteladani,
para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas, ada
beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002),
agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip
tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik
dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang
optimal, diantaranya: 1) Kebermaknaan.Suatu bidang studi akan lebih
bermakna bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan pengalaman
yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik minat dan
bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru
hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan
cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2)
Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila disaksikan
dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa
jika guru mengupayakan mengajarkan
dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya dengan mencerahkan atau
menceritakan secara lisan. Dengan model tingkah laku itu, siswa dapat mengamati
dan menirukan apa yang diinginkan oleh guru. 3) Komunikasi
Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila penyajian terstruktur supaya
pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa. 4) Prasyarat.Apa
yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin merupakan faktor penting
yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya
guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka
miliki. Siswa yang berada dalam kelompok yang bersyarat akan mudah mengamati
hubungan antara pengetahuan yang sederhana yang telah mereka miliki dengan
pengetahuan yang kompleks yang akan dipelajari.5) Novelty. Siswa
akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian
yang baru (Novelty) atau masih asing. 6) Latihan atau
Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik secara aktif berarti siswa
mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan mencatat pada buku
tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar, jika
latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian
akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang
dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang panjang. 8) Kurangi secara
sistematis Paksaan belajar. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai
menguasai pelajaran, maka secara sistematis pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9) Kondisi yang
menyenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan belajarnya jika
kondisi pengajarannya menyenangkan.
3.
Prinsip- Prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang
dapat dijadikan pedoman dalam proses belajar mengajar, antara lain :
a. Prinsip Kompetisi
Prinsip kompetisi adalah
persaingan secara sehat, baik inter maupun antar pribadi. Kompetisi inter
pribadi (Self Competition) adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing
dari tindakan atau unjuk kerja dalam dimensi tempat dan waktu. Sedangkan
kompetisi antar pribadi adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang
lain. Dengan adanya persaingan yang sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk
bertindak secara lebih baik.
b. Prinsip Pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai
tindakan akan terjadi apabila ada pemacu tertentu. Pemacu ini dapat berupa
informasi, nasehat, amanat, percontohan, dan lain-lain. Dalam hal ini motif teratur
untuk mendorong agar
selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja melalui konsultasi pribadi,
nasehat atau amanat dalam upacara, ceramah keagamaan, bimbingan, pembinaan, dan
lain sebagainya.
c. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima seseorang
dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan sesuatu yang menimbulkan ganjaran
itu. Setiap unjuk kerja yang baik apabila diberikan sebuah reward yang memadai
cenderung akan menimbulkan motivasi. Misalnya pemberian hadiah kepada siswa
yang berprestasi. Selain prinsip ganjaran, prinsip hukuman juga dapat
menimbulkan motivasi siswa untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan
hukuman itu.
d. Prinsip Kejelasan Dan
Kedekatan Tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu
tujuan, maka makin mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan
dengan prinsip ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya
secara jelas. Hal itu dapat dilakukan dengan
memberikan penjelasan suatu tujuan dari tindakan yang diharapkan.
e. Pemahaman Hasil
Dalam uraian
diatas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai seseorang merupakan balikan
dari apa yang telah dilakukannya, dan itu semua dapat memberikan motivasi untuk
melakukan tindakan selanjutnya. Perasaan sukses yang ada pada
diri seseorang akan mendorongnya untuk selalu memelihara dan meningkatkan kerja
agar terus menjadi lebih baik
lagi. Pengetahuan tentang
balikan, memiliki kaitan erat dengan kepuasan yang dicapai. Sehubungan dengan
hal tersebut, para pengajar seyogyanya selalu memberikan balikan kepada setiap
unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh setiap siswa. Misalnya mengembalikan
tugas-tugas yang telah dibuat siswa dengan nilai dan komentarnya. Umpan
balik (Feedback) seperti ini akan sangat bermanfaat untuk
mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan untuk keperluan perbaikan
dan peningkatan selanjutnya.
f. Pengembangan Minat
Minat dapat diartikan sebagai
rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek. Prinsip dasarnya
adalah motivasi seseorang cenderung akan meningkat apabila yang bersangkutan
memiliki minat yang besar dalam melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini
motivasi dapat dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengemhangkan minat
siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan memperoleh
kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada akhimya dapat menumbuhkan motivasi
belajar secara efektif dan produktif.
g. Lingkungan Yang Kondusif
Lingkungan kerja yang kondusif,
baik lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan
mengembangkan motif untuk bekerja dengan baik dan produktif. Untuk itu dapat
diciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan,
tata letak, fasilitas, dan sebagainya. Demikian pula lingkungan sosialpsikalagis
seperti hubugan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepimimpinan, promosi,
bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan sebagainya.
h. Keteladanan
Prilaku guru secara langsung atau
tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap prilaku murid yang sifatnya positif
maupun negatif. Prilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan
dengan itu, maka sangat diharapkan agar diharapkan agar prilaku guru dapat
menjadi sumber keteladanan bagi para siswanya. Dengan contoh-contoh yang dapat
diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas belajar mereka.
Sehubungan dengan hal diatas, ada
beberapa prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002),
agar mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khususnya dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar. Prinsip
tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam peningkatan motivasi peserta didik
dalam mengikuti belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang
optimal, diantaranya: 1) Kebermaknaan. Suatu bidang studi akan
lebih bermakna bagi siswa apabila guru herusaha menghubungkannya dengan
pengalaman yang mereka miliki sebelumnya (masa lampau). Sesuatu yang menarik
minat dan bernilai tinggi bagi siswa berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu
guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya,
dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa berperan serta memilih. 2)
Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila
disaksikan dan ditirunya. Pelajaran akan lebih mudah dihayati dan diterapkan
oleh siswa jika guru mengupayakan mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model,
bukan hanya dengan mencerahkan atau menceritakan secara lisan. Dengan model
tingkah laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh
guru. 3) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar apabila
penyajian terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan
siswa. 4) Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa
sebelumnya mungkin merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan
siswa dalam belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau
mengenali prasyarat- prasyarat yang telah mereka miiiki. 5)
Novelty. Siswa akan lebih senang belajar bila perhatiannya ditarik
oleh penyajian-penyajian yang baru (Novelty) atau masih
asing. 6) Latihan atau Praktik yang Aktif dan Bermanfaat. Praktik
secara aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan
mencatat pada buku tulis. 7) Latihan Terbagi. Siswa lebih
senang belajar, jika latihan di bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek.
Latihan yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu yang
panjang. 8) Kurangi secara sistematis Paksaan belajar. Akan
tetapi bagi siswa yang sudah mulai menguasai pelajaran, maka secara sistematis
pemompaan itu dikurangi dan akhirnya siswa dapat belajar sendiri. 9)
Kondisi yang merryenangkan. Siswa akan lebih senang melanjutkan
belajarnya jika kondisi pengajarannya menyenangkan.
F.
Aqidah akhlak
1. Pengertian
Akhlak
Kata akhlak berasal dari kata
jamak "Alkhuluku" atau "Al-khalku" yang bermakna
"kejadian". Kedua kata tersebut berasal dari kata "Khalaka"
yang mempunyai arti "menjadikan". Dari kata "Khalaka" inilah
timbul bermacammacam kata seperti : Al- khulku yang mempunyai makna "budi
pekerti", AlKhalik bermakna "Tuhan Pencipta Alam" (Masy'ari,
1980).
2. Jenis
- Jenis Akhlak
Pada dasarnya perbuatan manusia
ada yang baik dan ada buruk. Perbuatan yang baik disebut dengan akhlak yang
baik dan identik dengan sifat para Nabi dan orang - orang shiddiq, sedangkan
perbuatan yang buruk disebut dengan akhlak tereela atau buruk. Maka pada
hakikafiya akhlak ada dua, yaitu akhlak yang baik atau terpuji (Al -Akhlaaqul
Mahmuudah) dan akhlak yang buruk atau tercela (Al -Akhlaaqul
Madzmuumah).
3. Pembelajaran
Aqidah akhlak
Allah SWT sang pencipta dan
pengatur alam semesta dengan kemahakuasaannya. Menciptakan manusia dari setetes
air mani dengan kekuasaannya kita menjadi manusia yang sempurna, banyak sekali
kenikmatan yang di berikan Allah SWT kepada manusia tetapi manusia kurang
begitu mensyukuri apa yang telah diberikan-Nya. Manusia diberi akal untuk
berfkir atas semua yang ada dimuka bumi, dilaut dan diluar angkasa, dimana
semua itu ada yang mengatur dan menciptakannya tiada lain adalah Allah S WT
dengan segala sifat-sifat-Nya.
Secara umum sifat-sifat Allah
dapat dibagi kedalam tiga macam, yaitu:
a.
Sifat Wajib Allah, merupakan sifat
yang pasti dimiliki Allah.
b.
Sifat Mustahil Allah, merupakan
sifat yang pasti tidak dimiliki Allah SWT.
c.
Sifat Jaiz Allah, merupakan sifat
kewenangan Allah, yaitu Allah SWT bebas untuk melakukan sesuatu ataupun tidak
melakukan sesuatu.
G.
Pendekatan Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di
sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan proses belajar
secara efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam
kemajuan metodologi proses belajar mengajar saat ini asas aktivitas (Student
activity) lebih di tonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga
kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar
yang lebih memadai.
Dari beberapa macam aktivitas
menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa sangat
diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan
pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran yang
akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
Menurut Hamalik (2001) Ada beberapa jenis aktivitas yang
disampaikan oleh para ahli, antara lain : (1) Kegiatan-kegiatan visual. (2)
Kegiatan-kegiatan lisan. (3) Mendengarkan. (4) Menulis. (5) Menggambar. (6)
Metrik. ('7) Mental. (8) Emosional. (9) Berpikir. (10) Mengingat Adapun
penjelasannya sebagai berikut :
1. Kegiatan
Visual. Yang termasuk kegiatan ini adalah membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau
bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan.
Kegiatan mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara,
diskusi, dan instrupsi adalah implementasi dari kegiatan lisan.
3. Kegiatan Mendengarkan. Dalam
proses belajar mendengarkan adalah salah satu hal yang dilakukan, karena
melalui aktivitas ini seorang siswa dapat memahami bahan pelajaran yang
diajarkan.
4. Kegiatan Menulis, misalnya:
menulis cerita, laporan, mengarang, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan
mengisi angket.
5.
Kegiatan Menggambar, seperti membuat grafik, chart, diagram, dan lain
sebagainya.
6. Kegiatan Metrik. Kegiatan
dalam bidang metrik antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat,
melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan
berkebun.
7. Kegiatan mental, meliputi
memecahkan masalah, mengingat, menganalisis, melihat hubungan - hubungan dan
membuat keputusan.
8. Kegiatan Emosional. Kegiatan-
kegiatan daiam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap
satu sama lain. Dari kegiatan ini diharapkan bisa menimbulkan minat, berani,
tcnang, dan lain- lain.
9. Berpikir. Berpikir termasuk
aktivitas belajar. Dengan berpikir orang memperoleh penemuan baru,
setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
10. Mengingat. Mengingat yang
didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih
lanjut adalah termasuk aktivitas belajar, apalagi mengingat itu berhubungan
dengan aktivitas-aktivitas balajar lainnya (Ahamadi dan Supriyono, 1991).
Dari beberapa macam aktivitas
diatas menunjukkan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, aktivitas siswa
sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu
kegiatan pengajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi pengajaran
yang akan disampaikan oleh guru kepada siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting
Penelitian
Lokasi penelitian tindakan ini
adalah Madrasah Tsanawiyah Negeri Sibolga,
kelas VII smester II
terdiri dari 20 siswa dan 16 siswi. Kondisi kelas ukuran ruangan 7m x 8m, dengan fentilasi pencahayaan
ruangan cukup standard. Lama penelitian kurang lebih 2 bulan dimulai dari bulan November sampai Desember 2012, sedangkan subjek dalam
penelitian ini ditentukan berdasarkan faktor perbedaan kemampuan belajar antar
siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian.
B. Prosedur
Penelitian
Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas VII M.Ts Negeri Sibolga
pada tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini termasuk jenis
penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap seberapa tinggi Tingkat
efektifitas Pendekatan berbasis aktivitas dalam menumbuhkan motivasi belajar
aqidah akhlak pokak bahasan sifat-sifat Allah pada siswa kelas VII. Penelitian
ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga tatap muka
(pertemuan).
Proses Penelitian Tindakan
Refleksi awal, kelas VII smester
II materi Aqidah Akhlak sangat pasif, siswa hanya mendengar dan
menyimak, bagaimana guru dapat meningkatkan motivasi belajar agar siswa aktip?
1.
Perencanaan
Meliputi
penyampaian materi Aqidah Akhlak khususnya sifat-sifat Allah, latihan dengan
mengerjakan beberapa soal, pembahasan latihan soal, keaktifan siswa dalam
menjawab pertanyaan dan motivasi siswa.
2. Tindakan
(action) kegiatan mencakup
a. Siklus
I dimulai dari refleksi awal, kemudian dilanjutkan dengan perencanaan,
tindakan, observasi dan refleksi akhir.
b. Siklus
II (sama dengan siklus I)
3.
Observasi (pengamatan)
Pada tahap ini peneliti akan
mengadakan pengamatan hasil belajar siswa dari keaktifan siswa yaitu :
1).
Keaktifan siswa dalam diskusi
2).
Banyaknya siswa yang bertanya
3).
Banyaknya siswa yang menjawab pertanyaan guru/siswa lain
4).
Memberikan pendapat
4.
Refleksi
Pada kegiatan akhir tiap siklus
perlu adanya pembahasan antara siklus-siklus tersebut untuk dapat menentukan
kesimpulan atau hasil penelitian.
C. Metode
Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan ini
peneliti menggunakan beberapa prosedur pengumpulan data agar memperoleh data
yang objektif. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, antara lain:
1.
Observasi
Obsevasi diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
terhadap objek ditempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa.
Ada dua observasi yang dilakukan
oleh peneliti dalam penelitian tindakan ini, diantaranya : (I) Obsevasi
langsung, adalah pengamatan yang dilakukan dimana observer berada
bersama dengan objek yang selidiki. Artinya peneliti ikut berpartisipasi secara
langsung saat peristiwa terjadi. (2) Obsevasi tidak langsung, adalah
observasi yang dilakukan dimana observer tidak berada bersama dengan objek yang
selidiki. Tetapi, peneliti menggunakan daftar cek(Check List) dalam
menggali atau mengumpulkan data ketika menggunakan terknik ini.
2.
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu
prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab
banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Wawancara dilakukan
peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti
melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa
kelas VII dan guru - guru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Negeri Sibolga.
3.
Dokumentasi
Zuriah (2003), menjelaskan bahwa
dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum -hukum
lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research) pada dasarnya merupakan upaya
peningkatan kualitas pendidikan khusus dalam proses pembelajaran. Jenis
penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih
menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan
profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran dikelas, dengan mengkaji
berbagai indikator keberhasilan dan kesulitan dalam proses pembelajaran pada
guru dan hasil belajar yang terjadi pada siswa. Berdasarkan hasil penelitian
tindakan kelas dalam meningkatkan
motivasi belajar Akidah Akhlak siswa kelas VII semester II di Madrasah Tsanawiyah Sibolga dapat diambil
kesimpulan bahwa:
a. Sebanyak > 75%
siswa dapat memahami materi sifat-sifat Allah
b. Ketuntasan
belajar tercapai jika 85% siswa mendapat nilai > 65
c. Untuk
kriteria keaktifan siswa mendapat nilai baik, dilihat dari hasil penilaian
instrument.
B. Saran
Agar proses pembelajaran
ini dapat terus berlangsung dengan peningkatan motivasi belajar siswa pada mata
pelajaran Akidah Akhlak maka guru perlu melakukan berbagai aktivitas terhadap
siswa agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Bogdan, R., & Biklen, S. 1982. Qualitative research in education,
Allyn & Bacon, Boston
Dakir, 1993. Dasar-Dasar
Psikologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Djalali, M. As'ad. 2001. Psikologi _Motivasi Minat
Jabatan, Intelegensi, Bakat dan Motivasi Kerja, Wineka Media, Malang
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. 1981. Effective
Evaluation, Jossey-Bass Publishers, Sanfransisco
Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem, PT. Bumi Aksara, Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan
Mengajar, Penerbit Sinar Baru Algensindo, Bandung
Kosasih, Andreas. 2004. Peranan Motivasi terhadap Hasil
Belajarnya Siswa,Tabularasa, Vol. 2, No. 3
Miles, M.B., & Huherman, A.M. 1984. .Analisis Data
Kualitatif. Terjemahan oleh Tjejep Rohendi Rohidi, Universitas
Indonesia, Jakarta
Moeleng, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif.
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Moeleng, L.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif.
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Nasution, S. 1998. Metode Penelitian .Naturalistic
Kualitatif, Penerbit Tarsito, Bandung
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual, Universitas
Negeri Malang, Malang
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan Bidang Pendidikan
Dan Sosial, edisi pertama, Ayu
Media Publishing, Malang
Makasih kirimannya pak. salam kenal
BalasHapusmakasih Blog-nya.
BalasHapusmakasih karyanya hinggakami terbantu
BalasHapusmakasih postingannya sangat bermanfaat
BalasHapus